Kilatan Bukhori dan Muslim
Sabtu, 07 Maret 2015
1
komentar
Adanya pengajian kilatan kitab Hadis Shohih Al Bukhori di bulan Jumadil
Akhir, sebab dorongan dari keluarga Bani Misbah. Karena bulan Jumadil Akhir
adalah bulan haul KH. Hasan Asy’ari dan untuk memperingati haul tersebut akan
bertambah semarak apabila disertai pembacaan kitab-kitab kuning diantaranya
yaitu dua kitab hadis, Shohih Bukhori dan Shohih Muslim yang
diiringi oleh
kitab-kitab yang lain.
Kemudian
semua keluarga dikumpulkan dan atas dorongan KH. Shodaqoh Bugen Semarang
memilih Simbah KH. Ahmad Asy’ari (putra Simbah KH. Hasan Asy’ari ) untuk
membacakan dua kitab tersebut secara bergantian. Adapun pembacaan kitab hadis
tersebut dimulai pada tahun 1948 M. pada tahun itu yang dibaca adalah kitab
Shohihul Bukhori dan pada tahun berikutnya yang dibaca adalah kitab Shohihul
Muslim, begitu seterusnya secara bergantian.
Ke Sultan Agung Semarang
Bulan
berlalu, tahunpun terus berganti, pengajian rutinan bulan Jumadil Akhir
berjalan dengan baik. Tahun demi tahun makin bertambah semarak dengan peserta
pengajian yang datang dari berbagai penjuru, tidak hanya dari indonesia tapi
juga dari negara-negara tetangga yaitu Malaysia dan Singapura. Pada tahun 1977
M menjelang bulan Jumadil Akhir Simbah KH. Ahmad Asy’ari sakit, lalu Beliau
dirawat di Ketapang Susukan Kab. Semarang. Sampai pada bulan Jumadil Akhir
Simbah KH. Ahmad Asy’ari belum juga sembuh, padahal para santri peserta kilatan
sudah banyak yang datang dari berbagai penjuru. Kemudian Beliau Simbah KH.
Ahmad Asy’ari dijemput putranya (KH. Habib Ahmad dan KH. Ma’mun Ahmad) untuk
diajak pulang karena sudah dinanti oleh para santri peserta pengajian. Karena
beliau masih dalam keadaan sakit, maka pada waktu itu pengajian Shohihul
Muslim bukan di masjid, melainkan di kediaman beliau (ndalem).
Digantikan oleh Adik dan Kedua Putranya
Karena dalam
keadaan sakit, kurang dari lima hari beliau tidak bisa meneruskan pembacaan
kitab tersebut. Kemudian keluarganya dikumpulkan kembali dan sepakat untuk
menjemput KH. Shodaqoh (kakak beliau) dari Bugen Semarang supaya
meneruskan pengajian kitab hadis tersebut. Kemudian pengajian kitab tersebut
dilanjutkan oleh KH. Shodaqoh, namun tidak berlangsung lama sebab banyak
kegiatan dan kesibukan beliau. Keluarga pun sepakat untuk memilih KH. Fadhil Asy’ari,
KH. Habib Ahmad dan KH. Ma’mun Ahmad untuk meneruskan pengajian tersebut. Dan
semenjak itulah beliau bertiga yang meneruskan pengajian kilatan di Al-Ittihad,
menggantikan Simbah KH.Ahmad Asy’ari yang telah kembali ke Rahmatullah di bulan
Sya’ban tahun 1977 M.
Tinggal Berdua
Tahun demi tahun, dalam bulan Jumadil Akhir pengajian pun berlangsung
dengan baik. Namun pada tahun 1987 M, tepatnya di bulan Jumadil Akhir
(saat kilatan kitab Shohih Muslim) Poncol kembali kehilangan ulama’ tercintanya
yaitu KH. Habib Ahmad yang senantiasa mendampingi pamannya -KH. Fadhil Asy’ari-
dan adiknya -K.H Ma’mun Ahmad- dalam pengajian kilatan. Pada tanggal 14 Jumadil
Akhir tahun 1987 M beliau pulang ke rahmatulloh, dan semenjak
kepergiannya pembacaan kitab hadis diserahkan sepenuhnya kepada Simbah KH.
Fadhil Asy’ari dan KH. Ma’mun Ahmad. Namun pada tahun 2003 yang bertepatan
dengan pengajian kitab hadist Shohihul Muslim, beliau simbah KH. Ma’mun Ahmad
tidak dapat mengikuti pengajian sebab saat itu beliau sakit dan hanya membuka
adanya pengajian kitab Shohihul Muslim. Kemudian dilanjutkan oleh adiknya
beliau KH. Musta’in Ahmad.
Pada tahun 2006 pengajian kitab Shohihul Bukhori dibacakan oleh KH. Fadhil
Asy’ari dan KH. Musta’in Ahmad yang dibantu oleh keponakan KH. Fadhil Asy’ari
yaitu KH. Nur Cholish Thohir.
Ditinggal Dua Ulama’ Besar
Pada tahun 2007, lagi-lagi Poncol harus berduka cita karena kehilangan
Ulama’ sepuh mereka yang selama ini merupakan lampu sebagai penerang kegelapan
di setiap detiknya. Bagaimana tidak? Hanya dalam waktu tiga bulan poncol harus
kehilangan dua Ulama’ sepuh yang selama ini menjadi pondasi dan tulang punggung
adanya pondok pesantren AL-ITTIHAD tercinta. Mereka adalah KH. Ma’mun Ahmad
yang meninggal tepat pada hari Ahad malam Senin tanggal 10 Muharrom 1428 H (28
Januari 2007 M) dan KH. Fadhil Asy’ari, yang pulang ke rahmatullah tepatnya
pada hari Senin tanggal 18 Jumadil Ula 1428 H (4 Juni 2007 M).
Sepeniggal KH. Fadhil Asy’ari dan KH. Ma’mun Ahmad, para keluarga sepakat
bahwa pembacaan kitab hadits di bulan Jumadil Akhir tahun 2007 yang saat itu
bertepatan dengan kitab hadits Shohihul Muslim diteruskan oleh empat orang
yaitu KH. Musta’in Ahmad, KH. Nurcholish Thohir, KH. Fathurrohman Thohir, dan
K. Muhammad Fatih AL-Hafidz hingga pada tahun 2009 M.
Pada tahun 2010 M bertepatan pembacaan kitab Shohihul Bukhori, mengingat
kondisi KH. Musta’in Ahmad yang belum sepenuhnya sembuh dari sakit beliau, maka
beliau meminta bantuan kepada adiknya K. Hasan Al-Faruq bin KH. Ahmad Asy’ari.
Tahun 2013, tepatnya 23 Muharram 1435/27 November 2013, Poncol kembali
berduka. KH. Mustain Ahmad sowan ke hadirat Allah. Kitab Shohih Bukhori pada
Jumadil Akhir 1435 H pun dibaca oleh 5 orang; KH. Nurcholis Tohir, KH.
Fathurrohman Tohir, K. Muhammad Fatih Al- Hafidz, K. Hasan
Al-Faruq dan K. Irfan Adib bin K. Habib Ahmad.
Semoga
Beliau-beliau dapat meneruskan apa yang telah menjadi wasiat dari para leluhurnya.
Amin ya Robbal ‘alamin…..
1 komentar:
Lha kyai tohir kok gak disebut
Posting Komentar